Asal-Usul Kopi Gayo, Kopi Serambi Makkah Indonesia
28 MEI 2021 18.04 WIB • 2 MENIT
Berbicara tentang kopi, tentu masyarakat Indonesia tidak bisa dipisahkan, khususnya masyarakat Aceh. Minum kopi sudah menjadi budaya turun-temurun bagi masyarakat kota Serambi Makkah ini. Tak heran apabilan Kawan pergi ke daerah ini akan menemui banyak kedai kopi, baik siang maupun malam.
Pasalnya, berbagai lapisan masyarakat Aceh selalu menjadikan kopi sebagai minuman yang dinikmati. Di sana, kopi bagaikan nafas. Orang Aceh tidak bisa memisahkan dirinya dari kopi. Kopi sendiri, sudah ada sejak zaman kesultanan Aceh dan kota ini menjadi salah satu daerah di Indonesia yang disebut sebagai produsen kopi kelas dunia.
Sejak era kolonial Belanda hingga sekarang, setidaknya ada dua daerah utama sebagai produsen kopi di Aceh, yaitu Ulee Kareng dan Gayo. Kopi ulee kareng adalah jenis kopi robusta dan dihasilkan dari Kecamatan Ulee Kareng. Sementara, kopi gayo adalah jenis kopi arabika dan eksistensinya sudah dikenal di pasar dunia, sehingga jenis kopi ini termasuk jenis kopi kelas premium.
Hingga akhirnya, kopi arabika dari Aceh mampu menjadi salah satu produsen kopi terbaik di tanah air, dan telah merajai 40 persen pasar dalam negeri. Lantas, bagaimana asal-usul kopi gayo di Aceh?
Asal-usul Kopi Gayo di Aceh
Kopi gayo adalah kopi dengan sajian rasa original dengan varietas kopi arabika yang berasal dari dataran tinggi Gayo. Kopi gayo banyak tersebar di Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah, serta di wilayah Gayo Lues.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, kopi gayo telah hadir sejak zaman penjajahan Belanda abad ke-17, semasa VOC. Menurut laman Agromedia, abad ke-17, setelah penanaman kopi di Pulau Jawa, Belanda, memperluas lahannya hingga ke Sumatra Utara dan Nangroe Aceh Darussalam (NAD).
Kemudian, kopi menjadi komoditi penting bagi serikat dagang Belanda tersebut. Hingga akhirnya, banyak petani kopi yang menderita. Sebagaimana yang dilansir dari Liputan 6, keberadaan kopi gayo juga ditegaskan oleh seorang pegiat kopi sekaligus pemilik Kopi+ Corner, Haris Pardede.
Ia menyatakan usahanya itu didirikan pertama kali di tahun 2017, dan bertolak menuju Serambi Mekah untuk memastikan kopi Aceh yang didapatkan dari supplier kopinya. Pardede menambahkan bahwa ia pernah bertemu dengan satu keluarga di Belanda yang mengelola kopi gayo hingga keturunan keempat.
Di Belanda tidak banyak sumber kopi alamiah, karena kopi arabika hanya tumbuh subur di atas 1000 mdpl, daerah tropis seperti di Indonesia, Kolombia dan sekitarnya, dan Afrika Tengah. Faktor topografi itulah yang menjadi salah satu keunggulan kopi gayo.
Kopi gayo telah dikenal di mancanegara
Sebagai salah satu kopi unggulan Nusantara, keberadaan kopi gayo juga telah membawa nama Indonesia ke kancah internasional. Di tahun 2018, kopi gayo turut dipromosikan dalam ajang pameran kopi specialty terbesar, yaitu Specialty Coffee Association (SCA) Coffee Expo di Seattle, Amerika Serikat pada 19-22 April 2018 lalu.
Para pengunjung yang hadir, disuguhkan kualitas kopi arabika dari dataran tinggi Gayo tersebut. Kopi gayo terpilih sebagai sasaran Trade and Private Sector Assistance (TPSA) Project karena memiliki potensi kuat untuk diekspor ke pasar Kanada.
Tak hanya itu, kopi gayo juga ikut serta dalam coffee tasting Kopi Spesial Indonesia di Buenos Aires, Argentina pada 24 Mei 2018 lalu. Selain gayo, ada pula kopi spesial Indonesia lainnya seperti Mandailing dari Sumatra Utara, Java Preanger dari Jawa Barat, Toraja dari Sulawesi, dan Bajawa dari Flores.
Nah, bagi Kawan penikmat kopi, jangan lupa untuk cicipi kopi satu ini, ya! Tidak perlu repot-repot datang jauh ke Aceh, kopi gayo juga sudah banyak dijual secara daring di berbagai platform e-commerce.
Selamat menikmati kopi gayo, Kawan!
Sumber :
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/05/28/asal-usul-kopi-gayo-kopi-kota-serambi-makkah-indonesia