Kisah Imigran China, Jual Kopi Keliling Sampai Jadi Kapal Api
Siapa yang tidak tahu dengan brand Kapal Api? Perusahaan kopi yang satu ini sudah berusia 100 tahun, dan produknya pun tersebar di 68 negara di dunia.
Dilansir dari situs resmi PT Santos Jaya Abadi, perusahaan kopi ini memiliki lebih dari 14.000 karyawan, dan pada 2018 perusahaan ini telah mampu mengekspor 54 kontainer produk kopi instan "Good Day."
Seperti diketahui, sejarah Kapal Api berawal dari kopi bubuk yang dijual keliling pelabuhan dengan sepeda onthel.
Penasaran dengan kisah kopi Kapal Api? Mari simak ceritanya di bawah ini.
Berawal dari Kopi Bubuk Hap Hoo Tjan
Melansir dari Detik.com, cerita lahirnya Kapal Api diawali pada tahun 1927, di mana seorang imigran Tiongkok bernama Go Soe Loet bersama saudaranya Go Bie Tjong dan Go Soe Bin tiba Hindia Belanda. Mereka pun memulai bisnis kopi bubuk merek Hap Hoo Tjan di Jl Pasar Pabean, Surabaya.
Penjualan kopi bubuk itu dilakukan dengan sepeda onthel, mereka keliling kampung dan Pelabuhan Tanjung Perak demi memasarkan kopinya. Pelanggan utama adalah para pelaut dan masyarakat sekitar pelabuhan.
Nama Kapal Api kabarnya merupakan inspirasi dari para pelanggan mereka yang umumnya berada di pelabuhan.
Go Soe Loet memiliki seorang putra bernama Soedomo Mergonoto yang membantunya di usaha jualan kopi. Mengingat usahanya yang berskala kecil, Go meminta putranya untuk bekerja dan mencari penghasilan lain.
Soedomo akhirnya bekerja menjadi pengeruk ban bekas di perusahaan vulkanisir dan terkadang dia bekerja sebagai kernet bemo. Namun akhirnya Soedomo kembali membantu ayahnya di dunia perkopian sambil belajar mengembangkan bisnis keluarganya.
Soedomo promosikan bisnis keluarga
Di tahun 1978, Soedomo mempromosikan usaha keluarganya. Bisnis kopi Hap Hoo Tjan itu maju dan berkembang dengan pesat. Go Soe Loet dan kedua saudaranya akhirnya mendirikan PT Santos Jaya Abadi untuk memperbesar produk kopi mereka.
Meski demikian, terjadi pecah kongsi antara keluarga Go. Ujungnya, aset-aset perusahaan harus dibagi. Go Soe Loet sendiri mendapat pabrik penggorengan kopi.
Go Soe Loet memiliki lima anak: Indra Boediono, Soedomo Mergonoto, Singgih Gunawan, Lenny Setyawati, dan Wiwik Sundari. Dua anak yang akhirnya ditunjuk untuk melanjutkan bisnis ini adalah Indra dan Soedomo.
Soedomo pun mencoba menyelamatkan usaha ayahnya dengan memproduksi kopi baru bernama Kapal Api.
Promosi lewat iklan dan Srimulat
Di tahun 1980, Soedomo melancarkan strategi marketing dengan memasang iklan di TVRI dengan menggandeng salah satu personel Srimulat, Paimo. Hal itu ditunjukan agar pemasaran Kopi Kapal Api menjadi masif.
Secara perlahan, penjualan Kapal Api pun meningkat dan Soedomo harus mencetuskan strategi baru untuk memperluas pangsa pasar kopi ini. Pada tahun 1985, produk kopi itu mulai dijual hingga ke luar negeri. Negara pertama yang mereka tuju adalah Arab Saudi. Tidak lama kemudian mereka masuk ke Hong Kong, Malaysia, dan Taiwan.
Secara perlahan, perusahaan ini pun meluncurkan produk-produk lain seperti permen, sereal, hingga kedai kopi. Soedomo mendirikan PT Sulotco Jaya Abadi pada tahun 1986 yang memproduksi Kopi Kalosi Toraja.
Perkembangan Kapal Api di Era 90an hingga kini
Tak hanya produksi makanan, Soedomo pun memutar kembali keuntungan bisnisnya dengan mengembangkan usahanya hingga ke ranah lain. Di 1991, dia mendirikan PT Excelso Multirasa yang mengelola kedai kopi. Gerai pertama mereka ada di Plaza Indonesia.
Di tahun yang sama dia pun mendirikan PT Agel Langgeng, produsen permen Relaxa. Dan PT Fastrata Buana, sebuah perusahaan distribusi produk consumer goods.
Hingga saat ini, banyak merek konsumer yang berada di bawah naungan PT Santos Jaya Abadi. Sebut aja seperti Kopi Good Day, Excelso, Kopi Ya, Kopi ABC, Fresco, Kopi Kapten dan Kopi Santos. Selain itu, ada pula Ceremix di kategori sereal.
Untuk kategori permen mereka punya Espresso, Gingerbon, Say, Bontea Green, dan Relaxa. Mereka juga punya biskuit yang bernama Delby's Kopyor dan Oatbits.
Apa yang bisa dipelajari dari kisah Keluarga Go
Melansir dari berbagai sumber, iklan televisi pertama di Indonesia muncul di tahun 1963 setelah TVRI terbentuk. Tiga iklan pertama yang muncul saat itu adalah iklan Hotel Tjipayung, PT Masayu (produsen alat berat), dan PT Arschoob Ramasita.
Menjelang 1980an, sudah mulai banyak iklan bermunculan dan saat itu Soedomo sudah melihat adanya potensi besar dari strategi marketing yang satu ini. Dia pun menggunakan salah satu publik figur yang namanya sedang melejit agar produknya menjadi mudah dikenal di pasaran.
Selain jeli dalam melihat peluang, Soedomo juga handal dalam hal pengembangan produk. Berdasarkan informasi di berbagai media, segala inovasi dilakukan secara perlahan, tidak terburu-buru, dan dipikirkan dengan cukup matang.
Sumber :
https://www.cnbcindonesia.com/mymoney/20230120130029-72-407101/kisah-imigran-china-jual-kopi-keliling-sampai-jadi-kapal-api