ESPRESSO, RISTRETTO, LUNGO: APA BEDANYA?
17 Mei 2017
INDUSTRI kopi saat ini bisa saja sedang heboh dengan tren seduh manual tapi kopi-kopi “tradisional”, yang dibuat dengan mesin espresso dan umumnya memerlukan kemampuan teknis seorang barista, tetap saja memiliki basis penggemarnya tersendiri.
Saya pun, meski sebagian besar hari-hari saya selama beberapa tahun terakhir lebih banyak diisi dengan menikmati kopi-kopi seduhan manual, tapi ada kalanya di sela-sela waktu itu saya lebih memilih espresso, atau double ristretto. Terutama jika sedang membutuhkan sesuatu yang lebih intens, kuat dan ‘nendang’.
Bagi para peminum kopi yang menganggap kopi sebagai minuman sakral, ada perbedaan cukup penting antara espresso, ristretto, dan lungo. Untuk jenis yang lebih snob seperti orang-orang Italia, mereka bahkan tidak terima—dan mungkin akan langsung marah-marah kemudian berceramah panjang tentang kopi—jika ketiga minuman ini disimpulkan sesepele “ah, sama aja tuh mba/mas, cuma beda waktu ekstraksi doang.” (Coba saja).
Jika beberapa waktu lalu, kami pernah membahas perbedaan antara minuman-minuman populer berbasis espresso yang ditambahkan susu seperti cappuccino, latte, dan flat white di sini, kali ini coba kita ulik beda variasi 3 ‘bahan utama’ yang mendasari minuman-minuman beken itu.
Espresso, ristretto, lungo, apa bedanya? Okay, here we go.
Espresso
Sebagian besar peminum kopi sepertinya sudah akrab dengan istilah ini mengingat espresso adalah “bahan utama” yang paling banyak dipakai untuk membuat cappuccino, latte, dan yang lainnya. Sekadar mengingatkan kembali, espresso adalah minuman yang mana bubuk kopi diekstraksi dengan menyemburkan air bersuhu (sangat) tinggi, pada tekanan tinggi, dan dalam waktu relatif cepat (express) pula.
“Espress…so,” kalau kata orang Italia. Umumnya proses ekstraksi 1 shot espresso (berukuran standar 30 ml) hanya memakan waktu sekitar 30 detik saja, sehingga hasilnya benar-benar konsentrat, padat, dan jauh lebih tebal dibandingkan dengan kopi seduh manual.
Espresso biasanya ikut mengekstraksi lebih banyak acidity pada kopi. Meski membuatnya terlihat sepele, namun jika espresso tidak “ditangani” dengan benar maka bisa membuat espresso terasa pahit—bahkan sangat pahit yang rasanya menggetarkan hingga ke tulang.
(Serius. Saya pernah mendapat espresso yang membuat bergidik seperti ini di sebuah kedai kopi di kota kecil Myanmar).
Tapi jika diekstraksi dengan cara yang tepat dan proses yang benar, espresso bisa memiliki karakter rasa yang creamy seperti susu, atau bahkan buah-buahan ala raspberry seperti pada espresso yang telah mengantarkan Sasa Sestic menjadi Juara WBC 2015 lalu.
Di Negara asalnya Italia, espresso dinikmati dalam cangkir kecil yang khusus untuk espresso, di depan bar, dan sambil melencangkan jari kelingking ketika meminumnya.
Kira-kira, beginilah pose orang Italia ketika menikmati espresso.
Ristretto
Ristretto adalah menu yang banyak dipilih peminum kopi jika mereka umumnya sedang tidak ingin minuman yang ‘sekuat’ espresso. Ristretto masih sama berasal dari Italia (what do you expect?) dan berarti restricted.
Ristretto, bahasa Italianya. Seperti asal katanya, ristretto pun diekstraksi dalam waktu “terbatas”. Proses ekstraksinya tidak selama espresso, hanya berkisar sekitar 15 detik. Yah, setengahnya espresso. Namun karena 15 ml dianggap terlalu sedikit dan hanya membuat geli-geli saja di lidah, kebanyakan orang lalu memesan double ristretto. 30 ml. Jumlah yang sama dengan espresso tapi dengan sensasi berbeda.
Karena diekstraksi hanya dalam waktu yang restricted, alias terbatas, ristretto dianggap memiliki rasa yang lebih kaya, lebih smooth, dan lebih sweet. Proses yang hanya setengah dari waktu espresso itu membuatnya mengekstraksi lebih sedikit acidity, dan inilah yang menyebabkan ristretto terasa jauh lebih manis dibandingkan espresso—kalau dibuat dengan benar.
Lungo
Lungo adalah Bahasa Italia yang berarti “long” dalam bahasa Inggris. Sudah bisa ditebak, dibandingkan dua menu sebelumnya, lungo adalah minuman yang proses pembuatannya lebih panjang. Jika espresso umumnya diekstraksi hingga maksimal 30 detik, maka lungo lebih lama dari itu. Lungo biasanya diekstraksi hingga 1 menit, dengan ukuran shot standar sekitar 130-170 ml.
Lama tidaknya proses ekstraksi lungo juga tergantung kepada jenis kopi yang digunakan (apakah merupakan blend antara arabica dan robusta atau tidak), level gilingan, dan tekanan dari mesin espresso yang digunakan.
Karena takarannya yang lumayan banyak hingga 150an ml, lungo sering disalahartikan sebagai Americano, atau Long Black, yang merupakan variasi lain dari espresso ditambahkan air panas. Kebanyakan orang memesan lungo karena ingin menikmatinya bersama cookies, atau kue-kue manis lainnya.
Kebanyakan orang memesan lungo karena ingin menikmatinya bersama cookies, atau kue-kue manis lainnya. Penjelasan sederhananya, pada lungo, semua airnya diekstraksi. Bukan ditambahkan atau dicampurkan.
Karena proses ekstraksi yang jauh lebih lama, lungo terasa tidak terlalu strong, tapi lebih pahit (bitter) dibandingkan espresso. Cocoklah untuk mereka yang ingin merasakan sedikit pahitnya hidup. Lol.
Semakin lama waktu ekstraksi dan semakin banyak tambahan air yang ikut diekstraksi pada proses pembuatan lungo membuat berbagai komponen pada bubuk kopi yang seharusnya tidak terlarut pun ikut diekstraksi pula. Inilah yang membuat lungo terasa lebih “getir” dibandingkan espresso.
Sumber :
https://ottencoffee.co.id/majalah/espresso-ristretto-lungo-apa-bedanya
No comments:
Post a Comment