Saturday, November 5, 2016

Kopi O Halal Penang


Kopi O Halal Penang Salute Brand Cap Tabik

Berbeda dengan kopi yang lain dimana penyajiannya harus ditumbuk atau langsung diseduh secara instan berupa bubuk, kopi dengan judul Kopi O Halal Penang Salute Brand Cap Tabik ini mirip dengan teh celup kemasan.

Di dalam sachet kecil berisi kopi dengan bubuk kopi kualitas tinggi. Sehingga tepat sebagai minuman ideal bagi mereka yang lebih memilih rasa kopi asli. Aroma khas dan rasa kopi yang luar biasa didedikasikan untuk segmen khusus pecinta kopi.

Kopi ini cukup terkenal di tempat asalnya yaitu di Malaysia.

Yang unik adalah cara penyajian atau kemasan dari Kopi O Halal Penang Salute Brand Cap Tabik berupa kopi celup yaitu dimana kopi ini dikemas seperti teh celup. Sehingga bagi kita penyuka kopi tubruk bisa mencoba kopi ini tanpa takut terkena ampasnya.


Sumber :
http://recipes4marriage.blogspot.co.id/2010/06/coffee-mudcake.html
http://whitecoffeemarket.com/brand/salute/
http://www.daganghalal.com/(F(-rytW1JtvmF_DTP4EsZplssz9WenGwN5XTeK7Cps-tsZ4aJawEZKk9gL6268APsN3E4vQYi20i0eZ-1islZ6Ce0a6HIbHaWLY-8rQZin5W9_CPvZAFyKh2nPia1nnMfvhEYbkCUa8OcsHlgwr9cSAN86QcE7ZUWgZBA1pagSTynkXAzVmZQykaMspGrlTkenA0EJ8g2))/Directory/ProductDetails.aspx?cid=14192&pid=16604

Saturday, October 1, 2016

Ngopi di Kedai Putih


Sabtu pagi kegiatan rutin antar jemput anak yang masih duduk di bangku SD bertambah, yaitu antar istri yang sedang mengikuti arisan. Tempatnya di Kedai Putih di seputar jalan Lingkar Barat kota Sidoarjo.

Menu makan andalan sepertinya adalah nasi pecel yang berkonsep prasmanan. Namun karena tadi pagi sudah sempat sarapan, jadinya aku pesan yang ringan aja, yaitu roti. Dan teman untuk makan roti yang paling cocok adalah kopi.


Kopi yang aku cukup mantap terbukti mata yang biasanya pagi-pagi agak berat, lumayan lah setelah seruput dua ruput jadi melek juga.

Saturday, September 24, 2016

Coffe Latte at Qendi


Qendi atau yang bernama lengkap Qendi Garden Resto & Grill Bakery & Pastery adalah sebuah resto dengan konsep taman yang berada di kompleks perumahan Taman Pinang Indah.

Siang itu aku pilih menu makanan yang bergizi dan untuk menemani makan yang paling tepat sebagai teman makan siang adalah kopi. Dan kopi yang ku pilih adalah kopi favorit yaitu coffe latte.

Recomended buat pecinta kopi khususnya coffe latte.

Saturday, May 7, 2016

Coffe Latte at Rollaas Cito


Kopdar atau kopi darat memang paling tepat jika dilaksanakan di Cafe. Sambil nongkrong tapi juga bermanfaat, karena pembicaraan tidak ngalor ngidul membahas yang tidak jelas dan tidak berguna. Namun sesuatu yang bermanfaat.

Seperti kali ini aku dan komunitas Surabaya Study Group mengadakan kopdar di Sabtu siang. Kita adakan di mall Cito (City of Tomorrow) yang letaknya strategi yaitu disekitaran bundaran Waru, perbatasan antara Surabaya dengan Sidoarjo.

Kita ngobrol dengan topik Production Operational di Cafe Rollaas. Dan sebagai teman ngobrol yang pas adalah secangkir kopi, dan tentu saja yang aku pilih adalah Coffee Latte, minuman favoritku.

Friday, April 8, 2016

Saat ini Ada 250 Home Industri yang Berproduksi.


08 / 04 / 2016

https://www.brilio.net/news/melihat-desa-wig-di-purbalingga-semua-warganya-ahli-mengolah-rambut-1604088.html


Brilio.net - Jika anda ingin melihat proses pembuatan rambut palsu (wig) dan bulu mata palsu, maka datanglah ke Purbalingga, Jawa Tengah. Di kabupaten ini, ada sebuah desa yang hampir semua warganya memproduksi rambut dan bulu mata palsu dengan mendirikan puluhan industri rumahan. Desa itu bernama Desa Karangbanjar di Kecamatan Bojongsari, atau dikenal dengan Desa Wig. Anda pasti akan kagum dengan keterampilan dan ketekunan warga mengolah rambut-rambut asli dan sintetis itu menjadi produk yang indah.

Desa Karangbanjar berlokasi tak jauh dari objek wisata Air Bojongsari (Owabong). Sudah sejak tahun 1960 an, warga menghidupkan industri rumahan berbahan dasar rambut tersebut. Bahkan aktivitas warga tersebut ada sebelum pengusaha-pengusaha besar mendirikan Perseroan Terbatas (PT) di bidang sama di Purbalingga. Jumlah perusahaan yang memproduksi wig dan bulu mata palsu kini berjumlah 38 pabrik. Usaha warga pun menjadi "kelas dua" kalah dengan pabrik.

Awal mula Desa Wig adalah ketika satu dua warga menggeluti bisnis ini di rumah tahun 1960 an. Rambut yang mulai dikembangkan bukanlah wig seperti sekarang, melainkan rambut gelung atau sanggul. Ketika usaha itu berhasil, warga lainnya satu persatu mengikuti jejak membangun usaha serupa. Namun dalam perjalanannya, sempat mengalami masa surut. Pada dua dekade berikutnya, yakni tahun 1980 an barulah geliat Desa Wig itu hidup lagi di Karangbanjar.

desa wig © 2016 brilio.net-Memasuki Desa Karangbanjar, sentra produksi wig dan bulu mata- View Image

Para pelaku home industri di Karangbanjar mencari bahan dan pangsa pasar sendiri. Persaingan kualitas dan harga tentu saja ada, yang sesekali memengaruhi pelanggan untuk beralih produsen. Namun yang lebih mereka giatkan adalah mendorong produk satu sama lain. Yaitu ketika satu home industri tidak membuat produk yang diminta pelanggan, maka akan dicarikan di home industri yang lain yang membuatnya. Mereka pun saling bantu.

Nyeri lutut sembuh dan kembali remaja seperti 18 tahun!
Kuat Setiono, Kepala Urusan Umum Kelurahan Karangbanjar menyebut, dari tahun ke tahun perkembangan industri rumahan berbahan dasar rambut menunjukkan peningkatan. Hanya saja mejelang akhir 2015, terjadi persaingan harga bahan baku yang tidak bisa dikendalikan. Pasalnya, para penyuplai yang berasal dari luar negeri tidak lagi berhubungan dengan para pengepul, namun langsung menuju home industri. Hal ini menyebabkan harga produk baik yang berbahan dasar rambut asli maupun rambut sintetis menjadi tidak ada patokannya.

Akibatnya, pelaku home industri yang tidak memiliki channel kepada penyuplai bahan baku banyak yang gulung tikar. Waktu itu, Karangbanjar lebih banyak menghasilkan produk berbahan dasar rambut asli. Home industri penyedia produk berbahan dasar sintetis diakui Kuat hanya dijalankan berapa orang. Sedangkan produk bulu mata (idep) tidak diproduksi langsung. Home industri mengambil dari para pekerja plasma pabrik.

"Ibaratnya sudah tidak ada bos besarnya. Perkembangannya sulit. Benar-benar ini sudah perdagangan bebas," katanya kepada brilio net yang melakukan liputan khusus di Purbalingga. "Kalau kita identifikasi dulu ada 196 home industri tahun 2014. Sekarang sudah ada 250 home industri," lanjut dia. Di Karangbanjar, ada 1.190 kepala keluarga (KK). Artinya hampir hampir 20-25% warganya membuka home industri. Dalam setiap home industri rata-rata mempekerjakan 3-4 karyawan.

Desa Karangbanjar, yang dikenal dengan Desa Wig itu bagian dari 13 desa di Kecamatan Bojongsari. Desa ini boleh diklaim sebagai cikal bakal industri berbahan dasar rambut di Purbalingga yang juga terkenal dengan industri knalpotnya ini. Sepanjang Jalan Raya Karangbanjar terdapat pemandangan yang tidak jauh berbeda layaknya jalan raya pada umumnya. Bangunan-bangunan di tepi jalan antara lain adalah pertokoan seperti material/bangunan, kelontong, pulsa, serta terdapat sekolah, selain rumah-rumah warga yang tampak biasa. Namun jangan salah, di dalam rumah-rumah yang seolah tampak diam inilah aktivitas produksi rambut dilakukan.

Salah satu yang berdiri saat ini adalah milik Kasan Suwondo (65) yang dikelola bersama putranya Trisu Ahmadi (38). Usahanya itu diberi nama Sunny Hair Collection. Kasan dan Trisu bersama empat orang karyawannya membuat berbagai tipe produk di lantai atas rumahnya. Produknya antara lain adalah wig, hair extension, ekor kuda, hair piece, kemoceng, serta bulu mata. Home industri milik Kasan ini dalam satu pekan bisa memroduksi 3 kali dengan sistem partai.

Pasar tetapnya adalah salon-salon yang berada di Yogyakarta dan Surabaya. Permintaan pelanggan Kasan kebanyakan wig dan aksesoris rambut seperti kemoceng dan ekor kuda. Satu pelanggan Kasan memesan minimal 50 potong untuk satu produk, sedangkan masing-masing pelanggan bisa memesan lebih dari satu produk per pekannya. Sehingga jika dirata-rata mereka memroduksi 200-250 potong per model per pekan. Namun tidak semua jenis produk dibuat setiap pekannya, karena pembuatan selalu sesuai permintaan pelanggan.

Trisu mengaku bersyukur hingga saat ini tidak pernah ada produknya yang distok lantaran tidak laku. Semua produknya merupakan pesanan yang artinya barang selalu habis terjual. Di usaha yang dikelolanya, Kasan menawarkan untuk dapat langsung memakai merek pemesan, tidak terpaku harus pakai merk miliknya.

Warga Karangbanjar sudah terbiasa mengolah produk berbahan baku alami maupun sintetis. Semua tergantung permintaan pelanggan. Untuk usaha dagang Sunny Hair Collection ini lebih kerap mendapat permintaan rambut palsu berbahan sintetis. Trisu menyatakan, konsumen salon dari pelanggannya lebih menyukai wig berbahan sintetis karena warnanya yang lebih mengilap dan harganya lebih ekonomis.

Dilihat dari pembuatannnya, rambut palsu berbahan sintetis lebih mudah pengolahannya dibanding dengan bahan rambut asli. Dari sisi biaya pun lebih ekonomis. Dalam satu box bahan rambut sintetis memiliki panjang 200-300 meter tidak terputus, dengan berat 40-60 kg. Bahan baku ini dihargai Rp 1,8 juta hingga Rp2,4 juta, bervariasi tergantung warna dan tekstur bahan. Bahan sintetis ini diperoleh secara impor dari beberapa negara seperti Korea, Amerika, serta Tiongkok melalui distributor. Distributor ini memiliki link ke pabrik penyedia bahan baku di luar negeri, menyuplainya ke pabrik-pabrik rambut di Purbalingga.

Setiap kali mendapat suplai bahan, pabrik menyortirnya sehingga tidak mengambil seluruhnya. Bahan-bahan yang tidak lulus sortir inilah yang digunakan home industri di Karangbanjar. Trisu dan para pelaku home industri lain di Karangbanjar memperolehnya dari pabrik di Purbalingga, juga dari Jawa Barat. Bahan tersebut sudah diwarnai sejak dari pabrik importir. Permintaan wig sepanjang apapun diakui Trisu tidak menemukan masalah untuk yang berbahan sintetis ini. Untuk satu wig dijual Trisu Rp80.000 hingga Rp90.000 untuk yang pendek. Sedangkan wig panjang dihargai kisaran Rp100.000 hingga Rp200.000.

Proses pembuatan wig berbahan dasar rambut sintetis diawali dengan memotong bahan rambut sesuai panjang yang diminta pelanggan, lalu dibentuk keriting jika ada permintaan dengan cara menggulungnya pada rol ataupun kertas tebal yang telah digulung. Proses selanjutnya memasukkannya ke dalam oven selama 2-4 jam, lalu dijahit bolak-balik sebanyak dua kali. Setelahnya dipasang ke cap (bentukan untuk kepala) yang sudah ada ukuran standarnya.

Dalam satu hari per orang bisa membuat sebanyak 15-20 wig. Selain karyawan tetap, Kasan dan Trisu juga mempekerjakan orang-orang yang bekerja di luar home industrinya, yang dikenal dengan sebutan plasma. Mereka bisa mengerjakan di rumah, masing-masing tidak ditarget (semampunya). Hanya dalam keadaan tertentu ketika Kasan harus segera memenuhi target maka dia memberi para plasma target tertentu, baik jumlah maupun waktu.

"Kalau bahan rambut asli kisaran harganya mencapai Rp1,2 juta - Rp1,5 juta per kilogram, tergantung panjang dan kualitasnya. Panjang rambut orang Indonesia maksimal 70-80 cm, itupun tidak banyak. Satu produk wig (dari bahan rambut asli) bisa dihargai Rp300.000 - Rp400.000," terang Trisu.

Bahan baku rambut asli bersumber dari kumpulan pengepul. Para pengepul ini bertingkat-tingkat dari yang kecil, agak besar lagi, dan seterusnya hingga pengepul besar yang punya akses ke pabrik-pabrik industri rambut. Bahan baku rambut asli yang disuplai ke pabrik ini akan melalui proses sortir, mana yang masuk kualitas pabrik akan disesuaikan. Itu juga terjadi di rambut sintetis, bahan rambut yang tidak lolos proses sortir akan disuplai kepada para pelaku home industri di Karangbanjar.

Memang tidak semua pengepul bisa bekerjasama langsung dengan pabrik. Belakangan, diakui Trisu, yang sedang tren adalah rambut asli impor dari India. Rambut ini memiliki diameter lebih besar, panjangnya pun lebih yaitu bisa mencapai 80 cm. "Berbeda dengan rambut asli indonesia yang maksimal 70-80 cm, dan itupun tidak banyak," katanya kepada brilio.net.

Home industri yang berjalan di Karangbanjar lebih banyak memroduksi wig. Untuk memenuhi permintaan bulu mata (idep) dari para konsumen, mereka bekerjasama dengan para pekerja plasma pabrik bulu mata. Idep yang tidak sesuai standar pabrik mereka beli dan diserahkan ke plasma. Hal ini turut membantu serta menghargai jerih payah para pekerja plasma. Sebab, diakui Trisu, proses pembuatan bulu mata lebih panjang ketimbang proses pembuatan wig, ditambah tingkat kesulitannya lebih terutama ketika tahap menempelkan helai per helai rambut pada benang.

"Harganya juga nggak cukup lah. Dibandingkan kita proses sendiri jual sendiri, mending kita beli terus kita jual. Itu (bulu mata) kita dapat dari plasma yang di pabrik. Yang menurut pabrik itu afkir, baru masuk home industri," aku Trisu.

Para pembuat idep dengan sistem plasma (mengerjakannya di rumah) ini dihargai Rp50- Rp150 untuk proses nyantel (netting) per bulu mata. Beda besaran harga tersebut tergantung dari motif yang berarti pula tingkat kesulitan pembuatannya. Ketika dijual kepada konsumen para pemilik salon, Trisu mematok harga per lusin bulu mata Rp18.000. Sampai ke pelanggan salon dihargai Rp20.000 per pasang.

Ketimbang membuat bulu mata yang membutuhkan kejelian serta menyebabkan mata kerap terasa perih karena berjam-jam melihat helai-helai rambut, warga Karangbanjar lebih tergiur dengan pekerjaan memilah uban pada bahan baku rambut asli. "Orang lebih suka yang itu (memilah uban) sekarang, lumayan harganya. Satu kilogram bahan bisa Rp10.000 - Rp15.000. Sehari bisa dapat 1-2 kg (bahan). Uban cuma ada sekitar 1,5 persen dari rambut. Paling, dalam 1 kg cuma ada sekitar 500 helai uban," terang Trisu.

Sunday, January 24, 2016

Kopi Arabika

Kopi Arabika pertama kali diklasifikasikan oleh seorang ilmuan Swedia bernama Carl Linnaeus (Carl von Linné) pada tahun 1753. Jenis Kopi yang memiliki kandungan kafein sebasar 0.8-1.4% ini awalnya berasal dari Brasil dan Etiopia.

Kopi arabika tumbuh di daerah di ketinggian 700–1700 m dpl dengan suhu 16-20 °C, beriklim kering tiga bulan secara berturut-turut. Kopi arabika butuh perhatian lebih dibanding kopi Robusta atau jenis kopi lainnya.

Di Indonesia kita dapat menemukan sebagian besar perkebunan kopi arabika di daerah pegunungan toraja, Sumatera Utara, Aceh dan di beberapa daerah di pulau Jawa.

Kopi arabika (Coffea arabica) berasal dari hutan pegunungan di Etiopia, Afrika. Di habitat asalnya, tanaman ini tumbuh dibawah kanopi hutan tropis yang rimbun.

Secara umum kopi arabika dihargai lebih tinggi dibanding jenis lainnya. Dari segi rasa, arabika mempunyai jangkauan yang luas. Setiap varietas kopi yang ditanam ditempat berbeda akan memiliki perbedaan citarasa yang signifikan.

Kopi arabika memiliki aroma yang kuat, sifat kekentalan (body) ringan hingga sedang dan tingkat keasaman tinggi. Kandungan kafeinnya lebih rendah dibanding robusta yaitu sekitar 0,8-1,5%.

Lebih dari 65% perdagangan kopi dunia di dominasi oleh jenis arabika. Selain mendominasi pangsa pasar, saat ini kopi arabika dihargai lebih tinggi hampir dua kali lipatnya dibanding robusta. Pusat perdagangan arabika berada di bursa komoditi New York.

Penghasil kopi arabika terbesar ada di negara-negara Amerika Latin. Hampir 90% produksi kopi negara-negara Amerika Latin jenis arabika. Brasil merupakan produsen arabika terbesar dunia. Sedangkan konsumen kopi terbesar dunia adalah negara-negara Uni Eropa, disusul Amerika Serikat dan Jepang.


Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Kopi_arabika
http://alamtani.com/kopi-arabika.html

Kopi Robusta

Robusta berasal dari kata ‘robust’ yang artinya kuat, sesuai dengan gambaran postur (body) atau tingkat kekentalannya yang kuat.

Robusta tumbuh di dataran rendah, dengan lokasi paling baik untuk membudidayakan tanaman ini pada ketinggian 400-800 meter dpl. Suhu optimal pertumbuhan kopi robusta berkisar 24-30oC dengan curah hujan 2000-3000 mm per tahun. Kopi robusta sangat cocok ditanam di daerah tropis yang basah.

Kopi robusta diturunkan dari beberapa spesies terutama Canephora. Dipasaran, kopi robusta dijual dengan harga lebih rendah dibanding arabika.

Biji kopi robusta banyak digunakan sebagai bahan baku kopi siap saji (instant) dan pencampur kopi racikan (blend) untuk menambah kekuatan cita rasa kopi. Selain itu, biasa juga digunakan untuk membuat minuman kopi berbasis susu seperti capucino, cafe latte dan macchiato.

Kopi robusta ditemukan pertama kali di Kongo pada tahun 18981 oleh ahli botani dari Belgia. Robusta merupakan tanaman asli Afrika yang meliputi daerah Kongo, Sudan, Liberia, dan Uganda. Robusta mulai dikembangkan secara besar-besaran di awal abad ke-20 oleh pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia.

Pengembangan kopi robusta berawal dari bencana wabah penyakit karat daun atau Hemileia vastatrix yang menyerang tanaman kopi. Pada tahun 1878 sebagian besar perkebunan kopi di Indonesia rusak akibat penyakit tersebut. Kemudian Belanda mengganti arabika dengan liberika. Namun di tahun 1890 kopi liberika juga mengalami penyakit yang sama.

Pada tahun 1902 didatangkan jenis kopi robusta dari kebun raya Jardine di Brussel, Belgia. Setelah diteliti tanaman tersebut dipastikan lebih tahan terhadap penyakit karat daun. Lalu pada tahun 1907 tanaman kopi liberika diganti dengan robusta. Upaya kali ini berhasil, robusta terbukti memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap penyakit karat daun.

Aroma robusta tidak sekuat arabika, dengan tingkat kekentalan (body) sedang hingga berat dan citarasa pahit. Kandungan kafein robusta lebih dari dua kali lipat arabika, yaitu berkisar 1,7-4%.

Kopi robusta banyak diproduksi oleh negara-negara Asia-Pasific dan Afrika. Lebih dari 80% produksi kopi Indonesia adalah robusta. Penghasil robusta terbesar adalah Vietnam.


Sumber :
http://alamtani.com/kopi-robusta.html
https://jurnalbumi.com/kopi-robusta/

Latte White Coffe at Terazo Cafe


Kala itu sedang menuju kota Lamongan saat hendak menghadiri suatu acara. Di suatu siang saat rehat aku coba cari makan siang sambil ngopi agar badan bugar dan mata melek lagi. Setelah berjalan ketemu sebuah cafe yang bernama Terazo Cafe.

Didaftar menu terdapat minuman panas yaitu Latte White Coffe. Segera aku pesan menu ini. Rasanya unik. Karena terdapat bongkahan es cream yang menjadikan minuman ini berbeda dengan minuman kopi atau coffee latte lainnya.

Boleh dicoba menu Latte White Coffe ini jika mampir di Terazo Cafe jika mampir ke kota Lamongan

Friday, January 22, 2016

Secangkir Kopi Bru Gold


Bagi yang mencintai kopi dengan citarasa otentik, maka coba kopi ini. Kopi Bru Gold ini adalah 100% kopi murni yang menghadirkan kopi otentik dengan kacang yang bersumber dari perkebunan terbaik dari India Selatan.

BRU Gold mengusung motto ‘real taste of coffee’ merupakan biji kopi Arabika dan Robusta yang kemudian dipanggang untuk kesempurnaan dan granulized untuk rasa murni.

Kopi instan ini cukup mantap dari dari segi aroma dan rasa yang dapat dihadirkan dalam hitungan detik.


Sumber :
http://thefbai.com/bru-gold-authentically-yours-always/

Related Posts